Prabowo Subianto: Presiden Pemersatu Bangsa di Era Baru Indonesia
![]() |
Presiden RI Prabowo Subianto |
Jakarta,
7 Oktober 2025, RUMAH LINK – Sejak dilantik sebagai Presiden
Republik Indonesia pada Oktober 2024, Prabowo Subianto telah menjelma menjadi
figur sentral yang tak hanya memimpin, tapi juga menyatukan bangsa. Di tengah dinamika
politik pasca-pemilu yang penuh gejolak, Prabowo muncul sebagai pemersatu,
dengan pendekatan kepemimpinan yang inklusif, dialogis, dan berorientasi pada
rakyat. Semboyan "Indonesia Maju" yang ia usung bukan sekadar jargon,
melainkan komitmen nyata untuk merajut persatuan di atas keragaman suku, agama,
dan ideologi. Pada September 2025, saat menghadapi gelombang demonstrasi
nasional, Prabowo justru memilih jalan dialog, bukan konfrontasi, membuktikan
bahwa ia adalah presiden yang memahami denyut nadi bangsa. Artikel ini mengupas
bagaimana kepemimpinan Prabowo telah menjadi perekat bagi Indonesia yang
majemuk, melalui kebijakan, silaturahmi, dan visi jangka panjang.
Prabowo, mantan jenderal
yang kini bertransformasi menjadi statesman, mewarisi tantangan berat dari era
sebelumnya: polarisasi politik, ketimpangan ekonomi, dan ketegangan sosial.
Namun, dalam waktu kurang dari setahun, ia berhasil membangun narasi persatuan
yang kuat. Pada 1 September 2025, Prabowo secara tegas mengajak seluruh
masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga persatuan nasional di tengah isu-isu
sensitif seperti tunjangan DPR dan RUU Perampasan Aset. Pernyataannya itu bukan
sekadar imbauan, tapi panggilan hati yang mencerminkan pengalaman panjangnya
dalam politik nasional. Sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo telah lama
dikenal sebagai figur yang tegas namun bijaksana, yang kini diterjemahkan
menjadi gaya kepemimpinan presidenil yang merangkul semua elemen.
Kekuatan Prabowo sebagai
pemersatu terletak pada kemampuannya membaca aspirasi rakyat secara langsung.
Di era digital di mana suara massa bisa meledak kapan saja, ia memilih
transparansi sebagai senjata utama. Kunjungan dan pertemuan rutin dengan
berbagai kelompok menjadi ciri khas pemerintahannya. Ini bukanlah formalitas,
melainkan upaya sadar untuk membangun kepercayaan. Misalnya, pada akhir Agustus
2025, Prabowo menegaskan bahwa pemerintahannya akan selalu memperjuangkan
kepentingan rakyat bersama semua partai politik, termasuk yang di luar koalisi.
Langkah ini langsung meredam potensi konflik, menunjukkan bahwa persatuan
bukanlah slogan, tapi prioritas strategis.
Komitmen
Persatuan: Dari Imbauan hingga Aksi Konkret
Salah satu momen ikonik
yang mengukuhkan Prabowo sebagai pemersatu adalah responsnya terhadap demonstrasi
besar-besaran pada Agustus 2025. Saat ribuan mahasiswa dan aktivis turun ke
jalan menuntut pencabutan tunjangan DPR dan pembahasan RUU Perampasan Aset,
Prabowo tidak memilih represi. Sebaliknya, ia menggelar pertemuan darurat
dengan tokoh masyarakat, menjanjikan pencabutan tunjangan tersebut, dan
mendorong DPR untuk membuka ruang dialog lebih luas. Pada 31 Agustus 2025,
Presiden menyatakan bahwa aspirasi rakyat adalah "hal yang sangat
berharga" dan pemerintah berkomitmen penuh untuk mendengarkannya. Langkah
ini langsung menenangkan situasi, membuktikan bahwa Prabowo memahami bahwa
persatuan lahir dari keadilan dan keterlibatan.
Lebih jauh, Prabowo
sering kali mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak dalam politik adu domba.
Pada pernyataan resminya di Istana Negara, ia menekankan, "Mari jaga
persatuan, jangan mau diadu domba." Ini bukan retorika kosong; ia didukung
oleh kebijakan konkret seperti pembentukan forum nasional lintas sektoral. Pada
3 September 2025, Prabowo mengapresiasi kerja sama seluruh elemen bangsa dalam
pemulihan kondisi nasional pasca-demonstrasi, yang menurut Menteri Sekretaris
Negara Prasetyo Hadi, menjadi fondasi bagi stabilitas jangka panjang.
Kebijaksanaan ini juga dipuji oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo, yang menyebut
pendekatan Prabowo sebagai "merawat harmoni kehidupan berbangsa dan
bernegara." Di tengah polarisasi yang masih membayangi dari Pilpres 2024,
langkah-langkah ini berhasil meredam sentimen oposisi dan membangun koalisi
luas.
Prabowo juga memanfaatkan
media sosial dan pidato publik untuk memperkuat pesan persatuan. Melalui akun
X-nya, ia sering membagikan cerita inspiratif tentang keragaman Indonesia, dari
Sabang hingga Merauke. Ini resonan dengan generasi muda, yang melihatnya
sebagai presiden yang relatable. Hasilnya, survei awal Indikator Politik
Indonesia menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahannya mencapai
65 persen, dengan isu persatuan sebagai faktor utama. Prabowo bukan hanya
mempersatukan elite politik, tapi juga masyarakat akar rumput, melalui
program-program yang menyentuh kebutuhan sehari-hari seperti bantuan sosial dan
infrastruktur.
Dialog
Inklusif: Silaturahmi sebagai Jembatan Persatuan
Kepemimpinan Prabowo
menonjol dalam komitmennya terhadap dialog lintas kelompok. Pada 2 September
2025, ia menggelar silaturahmi di Istana Negara dengan tokoh lintas agama,
pimpinan partai politik, dan serikat buruh. Pertemuan ini, yang berlangsung dua
jam, membahas isu-isu krusial seperti perampasan aset koruptor dan hak buruh.
Prabowo tidak hanya mendengarkan, tapi juga merespons langsung: ia menjanjikan
komitmen memperjuangkan RUU Perampasan Aset bersama DPR. Langkah ini
menunjukkan kepemimpinannya yang partisipatif dan terbuka, yang membuat peserta
merasa dihargai. Seorang tokoh agama yang hadir menyatakan, "Ini adalah
presiden yang benar-benar mendengar suara kami, bukan sekadar formalitas."
Silaturahmi semacam ini
bukan kebetulan, melainkan strategi sadar untuk merajut harmoni sosial.
Prabowo, dengan latar belakang militer, memahami bahwa persatuan adalah
kekuatan utama bangsa. Ia sering mengutip Pancasila sebagai panduan, menekankan
bahwa keragaman adalah kekayaan, bukan ancaman. Pada kesempatan yang sama, ia
mengajak masyarakat menyampaikan aspirasi secara damai, menegaskan bahwa pemerintah
percaya pada proses demokrasi yang matang. Respons positif dari serikat buruh,
yang sebelumnya kritis, membuktikan efektivitas pendekatan ini: mereka kini
lebih terlibat dalam pembahasan kebijakan daripada konfrontasi.
Di tingkat daerah,
Prabowo mendorong gubernur dan bupati untuk meniru model ini. Kunjungan
kerjanya ke Papua dan NTT, misalnya, selalu disertai dialog dengan tokoh adat,
menekankan bahwa pembangunan harus inklusif. Ini berhasil meredam isu
separatisme, dengan peningkatan investasi di wilayah timur sebesar 20 persen.
Prabowo juga melibatkan oposisi seperti PDIP dalam forum nasional, menunjukkan
bahwa persatuan melampaui batas partai. Hasilnya, indeks harmoni sosial
nasional, menurut BPS, naik 8 persen sejak ia menjabat.

Kebijakan
Inklusif: Fondasi Persatuan Jangka Panjang
Untuk mewujudkan
persatuan, Prabowo tidak berhenti pada dialog; ia menerjemahkannya ke
kebijakan. Program unggulannya, seperti makan siang gratis dan swasembada
pangan, dirancang untuk merata ke seluruh provinsi, mengurangi ketimpangan
regional yang sering memicu konflik. Pada Oktober 2025, alokasi anggaran untuk
infrastruktur di Papua mencapai Rp 50 triliun, dengan fokus pada jalan trans
yang menghubungkan suku-suku terpencil. Ini bukan hanya pembangunan fisik, tapi
juga simbolik: menghubungkan hati dan pikiran.
Prabowo juga memperkuat
pendidikan karakter berbasis Pancasila di sekolah-sekolah, bertujuan membangun
generasi pemersatu. Kolaborasi dengan Kementerian Agama memastikan program ini
inklusif terhadap semua mazhab. Di bidang ekonomi, kebijakan hilirisasi sumber
daya alam melibatkan UMKM lokal dari berbagai etnis, menciptakan lapangan kerja
lintas wilayah. Meski menghadapi kritik atas kecepatan implementasi, survei
menunjukkan 70 persen rakyat merasa lebih bersatu di bawah kepemimpinannya.
Menuju
Indonesia yang Bersatu di Bawah Prabowo
Prabowo Subianto telah membuktikan dirinya sebagai Presiden pemersatu bangsa. Melalui imbauan tenang, dialog mendalam, dan kebijakan inklusif, ia berhasil merajut Indonesia yang retak menjadi lebih kokoh. Tantangan seperti isu korupsi dan ketimpangan masih ada, tapi komitmennya untuk mendengar suara rakyat memberikan harapan. Di era Prabowo, persatuan bukan mimpi, tapi realitas yang dibangun setiap hari. Seperti yang ia katakan, "Kita satu bangsa, satu nusa, satu bahasa." Dengan kepemimpinan seperti ini, Indonesia Maju bukan lagi slogan, tapi janji yang ditepati.
Komentar
Posting Komentar